Pengaruh Orto, Meta dan Para pada Senyawa Aromatik dan Reaksi Substitusi
Substitusi elektrofilik aromatik (disebut pula SEA, atau SEAr) adalah suatu reaksi organik di mana sebuah atom, biasanya hidrogen,
yang terikat pada sistem aromatik digantikan dengan suatu elektrofil.
Reaksi ini, utama dalam kelompok substitusi elektrofilik, sangat penting
dalam kimia organik, baik dalam industri dan di laboratorium. Reaksi ini
memungkinkan pembuatan senyawa-senyawa aromatik tersubstitusi oleh berbagai gugus fungsional dengan reaksi dasar:
ArH + EX → ArE
+ HX
di mana Ar
adalah senyawa aromatik dan E adalah suatu elektrofil
Dari gambar
diatas dapat kita ketahui bahwa OH dan CH3 mempercepat reaksi, dan
substituen lain seperti Cl dan NO2 menghalangi atau menghambat
reaksi. Selain itu gugus hidroksil dan metil lebih bersifat pendonor elektron
dibandingkn hidrogen, sedangkan gugus kloro dan nitro lebih bersifat penarik
elektron dibandingkan hidrogen.
Disamping perbedaan laju dalam reaksi benzena tersubstitusi, posisi
serangan juga berbeda, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Klorobenzena
dinitrasi pada posisi orto dan para, tetapi tidak pada posisi meta. Namun
nitrobenzena menjalani nitrasi pada posisi meta, terjadi sangat sedikit
substitusi pada posisi orto dan para.
1. GUGUS
PENGARAH ORTO, PARA, DAN GUGUS PENGARAH META
Suatu benzena yang sudah tersubstitusi dapat mengalami substitusi kedua dan
menghasilkan disubstitusi benzena. Struktur dari substitusi pertama menentukan
tempat dari substitusi kedua dalam cincin benzena. Misalnya, suatu gugus metil
dalam cincin mengarahkan substitusi yang kan datang terutama ke tempat orto dan
para. Sedangkan suatu gugus nitro dalam cincin benzena mengarahkan substitusi
kedua yang akan datang terutama ke tempat meta. Sifat-sifat fisik dan
reaktivitas cincin benzena sangat dipengaruhi oleh apakah substituen mengurangi
atau menambah kerapatan elektron pada cincin. Mengingat bahwa cicnin aromatik
mempunyai awan elektron di atas dan di bawah bidang cincin dan
elektron-elektron inilah yang mudah diserang oleh elektrofil. Bila sebuah gugus
penarik elektron ditempatkan pada cincin, benzena yang relatif nonpoalar akan
elektronegatif.
Substituen yang sudah ada pada cincin aromatik menentukan posisi yang
diambil oleh substituen baru. Contohnya, nitrasi pada toluena terutama
menghasilkan campuran orto- dan para-nitrotoluena. Sebaliknya, nitrasi pada nitrobenzena pada kondisi yang serupa terutama
menghasilkan isomer meta. Pola ini juga diikuti oleh substitusi aromatik elektrofilik lain, yakni
klorinasi, bromonasi, sulfonasi, dan seterusnya. Toluena terutama juga
menjalani substitusi orto, para, sementara nitrobenzena menjalani substitusi
meta. Secara umum, gugus terbagi ke dalam salah satu dari dua kategori. Gugus
tertentu tergolong pengarah orto, para, dan yang lainnya ialah pengarah meta.
a. Gugus
Pengarah Orto, Para (Aktivator)
Gugus pada cincin akan mengarahkan substituen yang baru masuk pada posisi
orto, para atau meta sesuai dengan gugus mulanya. Gugus mula tersebut yang
disebut sebagai penentu orientasi. Gugus yang merupakan activator kuat adalah
gugus pengarah orto, para (adisi elektrofilik mengambil tempat pada posisi orto
dan para bergantung pada activator). Orientasi ini terutama disebabkan oleh
kemampuan substituen pengaktif kuat untuk melepaskan elektron (gugus amino dan
gugus hidoksil merupakan gugus activator yang baik).
Substituen secara
umum dapat dibagi menjadi dua kelas bergantung pada substitusi elektrofilik:
mengaktivasi dan mendeaktivasi ke arah cincin aromatik. Substituen
pengaktivasi atau gugus pengaktivasi
menstabilkan zat antara kationik yang terbentuk saat
substitusi dengan menyumbangkan elektron ke dalam sistem cincin, baik oleh efek
induktif atau efek resonansi. Contoh cincin aromatik teraktivasi adalah toluena, anilin
dan fenol.
Kerapatan elektron
tambahan yang diberikan ke dalam cincin oleh substituen tersebut tidak
didistribusikan secara merata di seluruh cincin tapi terkonsentrasi pada atom
2, 4 dan 6 (posisi orto dan para). Posisi ini karena itu paling reaktif
terhadap elektrofil miskin-elektron. Kerapatan elektron tertinggi terletak baik
pada posisi orto dan para, meskipun peningkatan pada reaktivitas ini mungkin
diimbangi dengan halangan sterik antara substituen
dan elektrofilik.
Hasil akhir dari substitusi aromatik elektrofilik karenanya mungkin akan sulit
untuk diprediksi, dan biasanya hanya ditetapkan dengan melakukan reaksi dan
menentukan perbandingan substitusi orto terhadap para.
Akibat stabilisasi resonansi anilina ialah bahwa cincin
menjadi negative sebagian dan sangat menarik bagi elektrofilik yang masuk.
Semua posisi orto, meta, dan para pada cincin anilina teraktifkan terhadap
substitusi elektrofilik, namun posisi orto, para lebih teraktifkan dari pada
posisi meta. Struktur resonansi terpaparkan di atas menunjukkan bahwa
posisi-posisi orto dan para mengemban muatan negative parsial, sedangkan posisi
meta tidak. Gugus amino dalam anilina mengaktifkan cincin benzena terhadap
substitusi sedemikian jauh sehingga tidak perlu katalis asam Lewis, dan sangat
sukar untuk memperoleh monobromoanilina. Anilina beraksi dengan cepat membentuk
2,4,6-tribromoanilina (kedua posisi orto dan posisi para terbrominasikan). Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua gugus dengan elektron bebas pada atom yang
melekat pada cincin ialah pengarah orto dan para.
b. Gugus
Pengarah Meta
Suatu pengarah meta mempunyai atom bermuatan positif atau sebagian positif
yang terikat pada cincin benzena. Dalam reaksi nitrobenzena, gugus nitronya
tidak menambah kesetabilan intermedietnya. Malahan intermediet substitusi orto,
atau para dan keadaan transisinya kurang stabil (karena energy yang tinggi),
karena sebuah struktur resonansi mengandung muatan positif pada atom berdekatan.
Oleh karena itu, substitusi terjadi lebih banyak pada tempat meta, sebab
keadaan transisi dan intermediatnya pada tempat yang berdekatan mengandung
muatan positif.
Di samping itu, substituen pendeaktivasi
mendestabilisasi kation zat antara dan dengan demikian menurunkan laju reaksi.
Mereka melakukannya dengan menarik kerapatan elektron dari cincin aromatik,
meskipun posisi yang paling terpengaruh adalah kembali pada orto dan para. Hal
ini berarti bahwa posisi yang paling reaktif (atau, kurang tidak reaktif)
adalah posisi meta (atom 3 dan 5). Contoh cincin aromatik terdeaktivasi adalah nitrobenzena
dan benzaldehida.
Kesimpulannya, bahwa gugus pendonor (pendorong) elektron adalah gugus pengaktivasi (reaktivitas lebih
penting) dan pengarah orto-para, serta gugus penarik elektron mendeaktivasi
serta pengarah-meta. Secara umum, efek yang mengaktivasi atau mendeaktivasi
seluruhnya penting ketika gugus substituen lebih bersifat mendorong atau
menarik elektron. Tabel berikut merincikan efek pada reaktivitas dan
regioselektivitas dari beberapa gugus yang sering digunakan. Senyawa aromatik heterosiklik seperti furan, pirol atau piridina,
juga dapat bereaksi dengan substitusi aromatik elektrofilik. Perilaku mereka
terhadap polisubstitusi (reaktivitas dan regioselektivitas) ditentukan oleh
pertimbangan energi yang sama seperti pada benzena.
Bresnick,
Stephen. 2004. Inti Sari Kimia Organik. Jakarta :Hipokrates.
H. Kolbe.1860. Annalen der Chemie und Pharmacie.
R. Schmitt.
1885. Beitrag zu Kenntniss der Kolbe'schen Salicylsaure-Synthese. Advanced Shytethis and Catalysis: Vol.31.
Pertanyaan
:
1. Mengapa Klorobenzena dinitrasi pada
posisi orto dan para dan nitrobenzena pada posisi meta ?
2. Apa yang mempengaruhi reaktivitas pada senyawa
aromatik ?
3. Bagaimana pengaruh gugus pada senyawa
aromatik terhadap posisi penentu orto, meta dan para dan hubungannya dengan persamaan
hammet ?
Komentar
Posting Komentar