KONTROL KINETIK dan KONTROL TERMODINAMIK
Mekanisme adalah proses nyata yang
terjadi dalam suatu reaksi, memperlihatkan ikatan yang putus, urutan-untannya,
berapa tahap yang terlibat, kecepatan relative masing-masing tahap, dan
sebagainya. Untuk menyatakan mekanisme secara lengkap maka posisi semua atom
harus ditentukan, termasuk molekul pelarut dan energi system pada setiap titik
dalam proses. Reaksi kimia melibatkan penataan ulang atom-atom dalam ruang dan
elektronelektron valensi yang membentuk ikatan kovalen. Kecuali dalam reaksi
fotokimia, hanya keadaan dasar (energi terendah) pereaksi yang terlibat, dan
jalan dari pereaksi ke produk dapat dipandang berlangsung terus-menerus.
Ada banyak hal dalam mana suatu senyawa
di bawah kondisi reaksi yang diberikan dapat mengalami reaksi kompotisi menghasilk
an produk yang berbeda.
Gambar diatas memperlihatkan profil
energi-bebas untuk suatu reaksi dalam mana B lebih stabil secara termodinamika
daripada C (∆G lebih rendah), tapi C terbentuk lebih
cepat (∆G‡ lebih rendah). Jika tidak ada satupun
reaksi yang revesibel maka C akan terbentuk lebih banyak karena terbentuk lebih
cepat. Produk tersebut dikatakan terkontrol secara kinetik (kinetically
controlled). Akan tetapi, jika reaksi adalah reversibel maka hal tersebut
tidak menjadi penting. jika proses dihentikan sebelum kesetimbangan tercapai maka
reaksi akan dikontrol oleh kinetik karena akan lebih banyak diperoleh produk yang
cepat terbentuk. Akan tetapi jika reaksi dibiarkan sampai mendekati kesetimbangan
maka produk yang akan dominan adalah B. Di bawah kondisi tersebut, C yang
mula-mula terbentuk akan kembali ke A, sementara B yang lebih stabil tidak berkurang
banyak. Maka dikatan bahwa produk terkontrol secara termodinamik (thermodynamically
controlled). Tentu saja Gambar tersebut tidak menggambarkan semua reaksi
dalam mana senyawa A dapat memberikan dua produk. Di dalam banyak hal, produk
yang lebih stabil adalah juga merupakan produk lebih cepat terbentuk. Di dalam hal
yang demikian, produk kontrol kinetik adalah juga produk kontrol termodinamika.
1. Persyaratan Termodinamik untuk Reaksi
Untuk terjadinya reaksi secara spontan,
energi bebas produk harus lebih rendah daripada energi bebas reaktan, yakni ∆G harus negatif. Reaksi dapat saja
berlangsung melalui jalan lain, tapi tentu saja hanya jika energi bebas
ditambahkan. Seperti halnya air di atas permukaan bumi, air hanya mengalir ke
bawah dan tidak pernah mengalir ke atas (meskipun air dapat dibawa ke atas atau
menggunakan pompa), molekul-molekul mencari energi potensial yang paling rendah
mungkin. Energi bebas terbuat dari dua komponen yaitu entalpi H dan
entropi S. Kuantitas tersebut dihubungkan dengan persamaan:
Bagi kebanyakn reaksi, pengaruh entropi
adalah kecil dan entalpi yang paling utama menentukan apakah reaksi dapat
terjadi secara spontan. Akan tetapi dalam reaksi jenis tertentu, entropi adalah
penting dan dapat mendominasi entalpi. Berikut ini akan dibicarakan beberapa
contoh tentang hal tersebut.
1.
Umumnya entropi cairan lebih rendah daripada gas karena
molekul gas mempunyai kebebasan dan ketidak-teraturan yang lebih besar. Tentu
saja padatan lebih rendah lagi. Suatu reaksi dalam mana semua reaktannya adalah
cairan dan satu atau lebih produknya adalah gas, maka secara termodinamika
lebih disukai karena entropi yang meningkat; konstanta kesetimbangan reaksi ini
akan lebih tinggi daripada reaksi yang produknya tidak ada yang berupa gas.
2.
Di dalam suatu reaksi dimana jumlah molekul produk sebanding
dengan molekul reaktannya (contoh, A + B → C + D), pengaruh entropi biasanya kecil
; tapi jika jumlah molekuknya meningkat (contoh, A → B + C), ada tambahan entropi yang besar
karena jika lebih banyak molekul maka lebih banyak pula kemungkinan susunan dalam
ruang. Reaksi dalam mana terjadi pemecahan molekul menjadi dua atau lebih bagian
maka secara termodinamika lebih disukai karena faktor entropi. Sebaliknya, reaksi
dalam mana jumlah molekul produk lebih sedikit daripada molekul reaktannya akan
memperlihatkan penurunan entropi, dan dalam hal seperti itu maka harus ada penurunan
entalpi yang besar juga untuk mengatasi perubahan entropi yang tidak diinginkan
itu.
3.
Meskipun reaksi dalam mana terjadi pembelahan molekul
menjadi dua atau lebih adalah lebih disukai karena efek entropi, tapi banyak
potensi reaksi pembelahan tidak terjadi karena peningkatan entalpi yang sangat
besar. Sebagai contoh pembelahan etana menjadi dua radikal metil. Dalam hal ini
satu ikatan 79 kkal/mol harus putus, dan tidak ada pembentukan ikatan untuk
mengimbangi peningkatan entalpi ini. Akan tetapi etana dapat dipecah pada suhu
tinggi, hal sesuai dengan prinsip entropi menjadi lebih penting dengan
meningkatnya suhu, seperti yang tampak sangat jelas dari persamaan ∆G = ∆H – T∆S. Suku entalpi tidak tergantung pada
suhu, sedangkan suku entropi berbanding langsung dengan suhu mutlak.
4.
Molekul rantai terbuka mempunyai entropi yang lebih besar
daripada molekul lingkar karena lebih banyak konformasinya. Pembukaan cincin
berarti penambahan entropi dan penutupan berarti pengurangan entropi.
1. Persyaratan Kinetik Reaksi
Reaksi yang dapat berlangsung tidak
hanya karena menpunyai ∆G negatif. ∆G yang negatif memang suatu hal yang
penting tapi bukan suatu persyaratan yang cukup untuk berlangsungnya
suatu reaksi secara spontan. Sebagai contoh, reaksi antara H2 dengan
O2 untuk menghasilkan H2O mempunyai ∆G negatif, tapi campuran H2
dan O2 dapat disimpan pada suhu kamar selama berabad-abad
tanpa adanya reaksi yang berarti. untuk terjadinya reaksi maka variabel
energi bebas aktivasi ∆G‡ harus ditambahkan. Situasi ini
diilustrasikan dalam Gambar 1 yang merupakan profil energi untuk reaksi satu
tahap tanpa spesies-antara. Dalam gambar seperti ini, absis menandai kemajuan
reaksi. ∆Gf‡ adalah energi bebas aktivasi untuk
reaksi maju.
Gambar 1. Profil energi bebas reaksi tanpa
spesies-antara di mana produk energi
bebas
produk lebih rendah daripada energi bebas reaktan
Jika reaksi antara dua molekul atau
lebih telah maju ke titik yang berkaitan dengan puncak kurva maka digunakan
istilah keadaan transisi untuk posisi inti dan elektron spesies yang ada pada
keadaan ini. Keadaan transisi memiliki geometri yang terbatas dan distribusi
muatan tapi tidak memiliki keberadaan yang terbatas. Sistem pada titik ini
disebut kompleks teraktivasi. Di dalam teori keadaan transisi, starting
material dan kompleks teraktivasi dipertimbangkan ada dalam kesetimbangan
dengan tetapan kesetimbangan K‡. Menurut teori ini, semua
kompleks teraktivasi terus berubah menjadi produk dengan kecepatan yang sama
sehingga tetapan kecepatan reaksi hanya tergantung pada posisi kesetimbangan
antara starting material dengan kompleks teraktvasi, yaitu nilai K‡.
∆G‡ dihubungkan ke K‡
dengan persamaan:
Firdaus, M.S. 2009. Modul
Pembelajaran Kimia Organik Fisis I. Makassar: FMIPA UNHAS.
PERTANYAAN : Apa perbedaan antara kontrol kinetik dan termodinamik terhadap suatu reaksi ?
PERTANYAAN : Apa perbedaan antara kontrol kinetik dan termodinamik terhadap suatu reaksi ?
Komentar
Posting Komentar